Marhaban Ya Ramadhan

“Marhaban ya Ramadhan Marhaban fi syahril mubarok wa syahril maghfiroh. Barakallau lana walakum daaiman bijami'i khoir. Wal'awfu minkum”

Sahabat Al-Ibroh, tanpa terasa 11 bulan telah berlalu, dan sekarang kita berjumpa kembali dengan bulanRamadhan, bulan penuh rahmat dan maghfirah Allah SWT kita arungi bersama.
Bulan kesembilan dalam penanggalan hijriyah ini kita sebagai pemeluk agama islam melakukan serangkaian aktivitas keagamaan seperti berpuasa, shalat tarawih, peringatan turunnya Al-Quran, mencari malam laylatul Qadar, memperbanyak membaca Al-Quran, dan diakhiri dengan membayar zakat fitrah, serta serangkaian perayaan Idul Fitri yang tergambar pada surat Al-Baqarah 185.
Sebelum masuk terlalu dalam, taukah sahabat Al-Ibroh tentang asal usul kata ramadhan? Kalo nggak tau, nih kami beri penjelasannya. Kata Ramadhan berasal dari kata madho yang maknanya adalah panas terik. Mengapa disebut demikian? karena “pada waktu orang mengganti nama bulan dari bahasa kuno, mereka menamakan itu menurut musimnya, dan bulan itu bertepatan dengan musim panas yang luar biasa .” Setelah masyarakat mengembangkan kalender dari yang berbasis matahari menjadi berbasis bulan. Orang lebih memahami panasnya Ramadhan secara methaporic(kiasan).
Nah, sudah tahu kan? Seperti yang kita tau, dalam bulan ini kita akan melaksanakan puasa selama satu bulan penuh. Menahan makan, minum, lisan dan segala hal yang membatalkannya. Puasa Ramadahan ini dimaksudkan sebagai bekal diri kita dalam mengarungi kehidupan selanjutnya. Karena dalam bulan inilah, jiwa dan raga kita semua benar-benar ditempa oleh tempaan-tempaan yang luar biasa, oleh ujian-ujian yang maha dahsyat, yang tentunya akan dapat memberikan diri kita berbagai macam keuntungan. Baik dari segi rohani maupun dari segi jasmani.
Sudah banyak diketahui oleh kita bersama bahwa banyak sekali manfaat yang dapat kita ambil dari ibadah yang satu ini. Salah satu diantaranya adalah dapat membuat kita menjadi seorang yang kuat menghadapi cobaan, tegar dalam mengarungi rintangan dan sabar dalam menerima tekanan. Melalui puasa Ramadan, Allah SWT menguji hamba-Nya untuk mengendalikan nafsunya, serta memberikan kesempatan kepada kalbu untuk menembus wahana kesucian dan kejernihan rabbani. Para hukama terdahulu meyakini bahwa perut adalah pengendali nafsu manusia. Luqman Hakim pernah menasehati putranya ”Wahai anakku, manakala perutmu kenyang, maka tidurlah fikiranmu, sirnalah kecerdikanmu dan anggota tubuhmu enggan beribadah”. Ali bin Abi Thalib r.a. juga berkata: ”Manakala perutmu penuh, maka kamu adalah orang yang lumpuh”. Sahabat Umar menambahkan: ”Barangsiapa banyak makannya, maka ia tidak akan merasakan kenikmatan dzikir kepada Allah”.
Rangkumannya, Puasa Ramadan merupakan pengendalian diri dari nafsu dan pemisahan diri dari kebiasaan buruk dan maksiat, sehingga memudahkan bagi seorang hamba untuk menerima pancaran cahaya ilahiyah. Fakhruddin al-Razi menjelaskan dalam tafsirnya Mafatihul Ghaib, bahwa cahaya ketuhanan tak pernah redup dan sirna, namun nafsu syahwat kemanusiaan sering menghalanginya untuk tetap menyinari sanubari manusia, puasa merupakan satu-satunya cara untuk menghilangkan penghalang tersebut. Oleh karena itu pintu-pintu mukashafah (keterbukaan) rohani tidak ada yang mampu membukanya kecuali dengan puasa.
Tahu Imam Al-Ghazali kan? Beliau pernah menerangkan bahwa puasa adalah seperempat iman, berdasar pada hadits Nabi: Ash shaumu nisfush shabri, dan hadis Nabi SAW: Ash Shabru Nisful Iman. Puasa itu seperdua sabar, dan sabar itu seperdua iman. Dan puasa itu juga ibadah yang mempuyai posisi istimewa di mata Allah. Allah berfirman dalam hadis Qudsi: "Tiap-tiap kebajikan dibalas dengan sepuluh kalilipat, hingga 700 kali lipat, kecuali puasa, ia untuk-Ku, Aku sendiri yang akan membalasnya".
Imam Ghazali juga menjelaskan bahwa puasa mempunyai tiga tingkatan. Tingkatan-tingkatan tersebut adalah:
1. Puasa kalangan umum, yaitu puasa dalam arti bahasa yang hanya menjaga perut dan alat kelamin dari memenuhi shawatnya sesuai aturan yang ditentukan.
2. Puasa kalangan khusus, yaitu selain puasa umum tadi juga disertai menjaga pendengaran, penglihatan, mulut, tangan dan kaki serta seluruh anggota tubuh lainnya dari perbuatan maksiat.
3. Puasa yang ketiga ini adalah yang paling tinggi, yaitu puasa kalangan khususnya yang khusus. Puasa ini sama halnya dengan puasa kalangan khusus tadi, tetapi juga ditambah dengan sikap menjaga hati dan pemikiran dari noda-noda hati yang hina dan dari hembusan pemikiran duniawi yang sesat serta memfokuskan keduanya hanya kepada Allah Ta’ala. Inilah puncak hubungan hamba dengan Allah SWT. InsyaAllah dengan adanya puasa ini Allah dapat menjadikan kita termasuk ke dalam golongan ”orang-orang sabar”, orang-orang yang bertaqwa dan menjadi orang yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Amiin
Nah, sahabat, sekarang kami akan menyampaikan tentang beberapa keutamaan puasa, diantaranya adalah :
1. Puasa Bisa Memasukkan Seorang Hamba ke Dalam Surga
Puasa dapat menjauhkan seorang hamba dari neraka, yang berarti mendekatkannya menuju surga.
Seorang sahabat berkata kepada Rasulullah:
“Wahai Rasulullah tunjukkan kepadaku suatu amalan yang bisa memasukkanku ke dalam surga.”
Rasulullah bersabda:
“Hendaklah engkau melaksanakan puasa karena tidak ada yang semisal dengannya.” (HR. Nasaai, Ibnu Hibban dan Al Hakim)
2. Pahala Orang yang Berpuasa Tidak Terbatas, Bau Mulutnya Lebih Wangi Daripada Wangi Kesturi dan Ia Memiliki Dua Kebahagiaan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Semua amalan bani adam adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, dan puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan berteriak-teriak. Jika ada orang yang mencacinya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah ia mengatakan, 'sesungguhnya aku sedang berpuasa'. Dan demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau misk. Orang yang berpuasa mempunyai dua kegembiraan, ia bergembira ketika berbuka, dan ia bergembira ketika bertemu dengan rabbnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Puasa dan Al-Qur'an Akan Memberi Syafa’at Kepada Ahlinya Pada Hari Kiamat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Puasa dan Al-Qur'an akan memberikan syafa’at pada hari kiamat. Puasa mengatakan 'Wahai Rabbku, aku menghalanginya dari makan dan syahwat pada siang hari maka berilah ia syafa’at karenaku.' Al-Qur'an pun berkata, 'Aku menghalanginya dari tidur pada malam hari maka berilah ia syafa’at karenanya.” Rasulullah mengatakan, “Maka keduanya akan memberikan syafa’at.” (HR. Ahmad, Hakim)
4. Orang yang Berpuasa Akan Mendapatkan Ar-Rayyan
“Sesungguhnya dalam surga ada satu pintu yang di sebut dengan Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan memasuki pintu tersebut pada hari kiamat, tidak ada selain mereka yang akan memasukinya. Jika orang terakhir yang berpuasa telah masuk ke dalam pintu tersebut maka pintu tersebut akan tertutup. Barang siapa yang masuk, maka ia akan minum dan barang siapa yang minum maka ia tidak akan haus untuk selamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim). (Jati)
That's All. Thanks for read this article.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Monitoring Suhu dan Kelembaban Menggunakan DHT11, NodeMCU, MQTT, Node-Red dan MySQL

[Termux] Nginx sebagai Load Balancer dan Web Server

Bagian-Bagian Motherboard(Mainboard) dan Fungsinya